negara dengan senjata nuklir
Berikut ini adalah daftar negara dengan senjata nuklir. Terdapat delapan negara yang telah berhasil melakukan uji coba senjata nuklir. Lima diantaranya dianggap sebagai “negara dengan senjata nuklir”, sebuah status yang diberikan oleh Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (Nuclear Non-Proliferation Treaty atau NPT). Kelima negara tersebut dalam urutan kepemilikan senjata nuklir adalah: Amerika Serikat, Rusia (bekas Uni Soviet), Britania Raya, Perancis dan Republik Rakyat Tiongkok. Di luar kelima negara NPT tersebut, ada tiga negara yang pernah melakukan uji coba nuklir yaitu: India, Pakistan dan Korea Utara. Israel walaupun tidak mengiyakan ataupun menyangkal memiliki senjata nuklir, tetapi diyakini memiliki sejumlah senjata nuklir. Sebanyak 200 senjata nuklir pernah dilaporkan berada dalam persenjataannya. Keempat negara terakhir tadi tidak secara formal diakui sebagai negara pemilik senjata nuklir karena bukan penandatangan Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
Selain negara-negara tersebut, Iran juga telah melakukan pengembangan teknologi pengayaan uranium dan dituduh melakukannya untuk keperluan senjata nuklir oleh PBB. Iran bersikeras bahwa pengembangan nuklir mereka adalah untuk keperluan pembangkit tenaga nuklir. Pada 4 Februari 2006, Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency atau IAEA) melaporkan Iran ke Dewan Keamanan PBB sehubungan dengan program nuklir mereka.
Perkiraan persenjataan nuklir dunia
Berikut ini adalah daftar negara-negara yang telah mengakui kepemilikan atas senjata nuklir, perkiraan jumlah hulu ledak nuklir per 2002, dan tahun dimana mereka melakukan uji coba pertama. Daftar tersebut dalam politik global dikenal sebagai “Klub Nuklir”. Angka-angka berikut adalah merupakan perkiraan, dalam beberapa kasus merupakan perkiraan yang kurang dapat dipercaya dengan pengecualian kepada Amerika Serikat dan Rusia yang diverifikasi oleh pihak independen berdasarkan sejumlah perjanjian. Angka-angka ini juga mewakili jumlah hulu ledak yang dimiliki dan bukannya jumlah yang aktif. Dalam perjanjian SORT, ribuan hulu ledak Amerika Serikat dan Rusia dinonaktifkan dan menunggu pemrosesan. Bahan radioaktif yang ada di dalam hulu ledak nuklir dapat didaur-ulang untuk digunakan dalam reaktor nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir, kapal selam dan kapal perang.
Pada 1985 jumlah hulu ledak nuklir aktif di dunia berjumlah 65.000, kemudian turun menjadi 20.000 pada 2002. Banyak dari senjata yang dinonaktifkan tersebut hanya disimpan atau dilucuti dan bukan dihancurkan
Negara yang telah melakukan uji coba nuklir
- Amerika Serikat mengembangkan senjata nuklir pertama dalam masa Perang Dunia II dibayangi ketakutan didahului oleh Nazi Jerman. Uji coba senjata nuklirnya pertama kali dilakukan pada 1945 (“Trinity”), dan menjadi negara satu-satunya yang pernah menggunakan senjata nuklir terhadap negara lain, yaitu ketika bom nuklir dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki (baca juga: Proyek Manhattan). AS juga merupakan negara yang pertama kali mengembangkan bom hidrogen, uji cobanya (“Ivy Mike”) pada 1952 dan versi yang dapat digunakan dalam peperangan pada 1954 (“Castle Bravo”).
- Rusia melakukan uji coba senjata nuklirnya yang pertama (“Joe-1”) pada 1949, dalam sebuah proyek yang sebagian dikembangkan dengan espionage dalam dan setelah Perang Dunia II (baca juga: Proyek senjata nuklir Soviet). Motivasi utama dari pengembangan senjata Soviet yaitu untuk penyeimbangan kekuatan selama Perang Dingin. Soviet menguji bom hidrogen primitif pada 1953 (“Joe-4”) dan sebuah bom hidrogen berdaya megaton pada 1955 (“RDS-37”). Uni Soviet juga melakukan uji coba bom terkuat yang pernah diledakkan oleh manusia, (“Tsar Bomba”), yang memiliki daya ledak 100 megaton, tetapi dikurangi dengan sengaja menjadi 50 megaton. Pada 1991, semua persenjataannya menjadi milik Rusia.
- Britania Raya melakukan uji coba senjata nuklir pertamanya (“Hurricane”) pada 1952, dengan data yang sebagian besar didapat dari hasil kerja sama dengan Amerika Serikat dalam Proyek Manhattan. Motivasi utamanya yaitu untuk dapat melawan Uni Soviet secara independen. Britania Raya melakukan uji coba bom hidrogen pada 1957. Britania Raya mempertahankan sejumlah armada kapal selam bersenjatakan nuklir
- Prancis menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1960, serta bom hidrogen pada 1968.
- Republik Rakyat Tiongkok menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1964, yang mengagetkan banyak badan intelijen Barat. Tiongkok memperoleh pengetahuan nuklirnya dari Soviet, tetapi kemudian berhenti setelah pemisahan Sino-Soviet. Tiongkok menguji coba bom hidrogen pertama kali pada 1967 di Lop Nur. Tiongkok dipercaya untuk memiliki sekitar 130 hulu ledak nuklir.
- India tidak pernah menjadi anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. India menguji coba sebuah “alat nuklir damai”, sebagaimana digambarkan oleh pemerintah India pada 1974 (“Smiling Buddha”), uji coba pertama yang dikembangkan setelah pendirian PT, menjadi pertanyaan baru tentang bagaimana sebuah teknologi nuklir sipil dapat diselewengkan untuk kepentingan persenjataan. Motivasi utamanya diperkirakan adalah untuk melawan Tiongkok. India kemudian menguji coba hulu ledak nuklirnya pada 1998 (“Operasi Shakti”), termasuk sebuah alat termonuklir (walaupun kesuksesan termonuklir tersebut masih diragukan). Pada Juli 2005, India secara resmi diakui oleh Amerika Serikat sebagai “sebuah negara dengan teknologi nuklir maju yang bertanggung jawab” dan setuju untuk melakukan kerjasama nuklir di antara kedua negara.
- Pakistan bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pakistan selama beberapa dekade secara diam-diam mengembangkan senjata nuklirnya dimulai pada akhir 1970-an. Pakistan pertama kali berkembang menjadi negara nuklir setelah pembangunan reaktor nuklir pertamanya di dekat Karachi dengan peralatan dan bahan yang disediakan oleh negara-negara barat pada awal 1970-an. Setelah uji coba senjata nuklir India, Pakistan secara bertahap memulai program pengembangan senjata nuklirnya dan secara rahasia membangun fasilitas nuklirnya kebanyakan berada di bawah tanah dekat ibu kota Islamabad. Beberapa sumber mengatakan Pakistan telah memiliki kemampuan senjata nuklir pada akhir 1980-an. Hal tersebut masih bersifat spekulatif sampai pada 1998 ketika Pakistan melakukan uji coba pertamanya di Chagai Hills, beberapa hari setelah India melakukan uji cobanya.
- Korea Utara dahulunya merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir tetapi kemudian menarik diri pada 10 Januari 2003. Pada Februari 2005 Korea Utara mengklaim telah memiliki sejumlah senjata nuklir aktif, walaupun diragukan sejumlah ahli karena Korea Utara kurang dalam melakukan uji coba. Pada Oktober 2006, Korea Utara mengatakan seiring dengan tekanan oleh Amerika Serikat, akan mengadakan sejumlah uji coba nuklir sebagai konfirmasi atas status nuklirnya. Korea Utara melaporkan sebuah uji coba nuklir yang sukses pada 9 Oktober 2006. Kebanyakan pejabat intelijen AS mempercayai bahwa sebuah uji coba nuklir telah dilangsungkan seiring dengan dideteksinya isotop radioaktif oleh angkatan udara AS, akan tetapi kebanyakan pejabat setuju bahwa uji coba tersebut kemungkinan hanya mengalami sedikit keberhasilan, dikarenakan daya ledaknya yang hanya berkisar kurang dari 1 kiloton.
Negara-negara yang dipercayai memiliki senjata nuklir
Negara-negara yang dipercayai memiliki sedikitnya satu senjata nuklir, atau program dengan tingkat keberhasilan akan memproduksi senjata nuklir di masa mendatang:
- Israel – Israel bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan menolak untuk mengkonfirmasi atau menyangkal memiliki senjata nuklir, atau mengembangkan program senjata nuklir. Walaupun Israel mengklaim Pusat Riset Nuklir Negev dekat Dimona adalah sebuah “reaktor penelitian”, tetapi tidak ada hasil pekerjaan ilmuwan yang bekerja disana yang dipublikasikan. Informasi mengenai program di Dimona dibeberkan oleh teknisi Mordechai Vanunu pada 1986. Analisis gambar mengidentifikasi bunker senjata, peluncur misil bergerak, dan situs peluncuran pada foto satelit. Badan Tenaga Atom Internasional mempercayai Israel memiliki senjata nuklir. Israel mungkin telah melakukan sebuah uji coba senjata nuklir dengan Afrika Selatan pada 1979, tetapi hal ini belum dikonfirmasikan (lihat: insiden Vela). Menurut Natural Resources Defense Council dan Federasi Ilmuwan Amerika, Israel memiliki sekitar 75-200 senjata
Negara-negara yang dicurigai memiliki program nuklir rahasia
Berikut ini adalah sejumlah negara yang dituduh oleh sejumlah negara dan badan internasional memiliki program nuklir atau mencoba untuk mengembangkan senjata nuklir walaupun belum dicurigai telah memilikinya.
- – Iran menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan mengemukakan ketertarikannya dalam teknologi nuklir termasuk pengayaan nuklir untuk tujuan damai (sebuah hak yang dijamin dalam perjanjian), tetapi CIA (badan rahasia AS) dan beberapa negara barat mencurigai bahwa hal tersebut sebenarnya untuk menutupi program untuk pengembangan senjata nuklir dan mengklaim bahwa Iran memiliki sedikit kebutuhan untuk mengembangkan tenaga nuklir, dan secara konsisten memilih opsi nuklir yang dapat menjadi multi penggunaan dibandingkan dengan memilih teknologi nuklir yang hanya bisa digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik. Mantan Menteri Luar Negeri Iran Kamal Kharrazi secara tegas menyatakan ambisi negaranya dalam teknologi nuklir: “Iran akan mengembangkan kemampuan tenaga nuklir dan hal ini harus diakui oleh perjanjian.” Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) kemudian melaporkan Iran ke Dewan Keamanan PBB pada 4 Februari 2006 sebagai respon dari kekhawatiran negara-negara barat akan program nuklir Iran. Pada 11 April 2006, presiden Iran mengumumkan bahwa Iran telah berhasil melakukan pengayaan uranium untuk dapat digunakan dalam reaktor untuk pertama kalinya. Pada 22 April 2006, delegasi Iran untuk badan pengawasan nuklir PBB bahwa Iran telah mencapai persetujuan awal dengan Kremlin untuk membentuk sebuah kerjasama dalam pengayaan uranium bersama di wilayah Rusia.
- Arab Saudi – Pada 2003, anggota pemerintahan Saudi Arabia menyatakan bahwa dikarenakan hubungan yang memburuk dengan Amerika Serikat, Saudi Arabia dipaksa untuk mempertimbangkan pengembangan senjata nuklir, tetapi sejak itu mereka kerap menyangkal telah memulai pengembangannya. Kabar burung beredar bahwa Pakistan telah mengirim sejumlah senjata nuklir ke Arab Saudi, tetapi hal ini tidak dapat dikonfirmasikan. Pada Maret 2006, sebuah majalah Jerman, Cicero melaporkan bahwa Arab Saudi sejak 2003 telah menerima bantuan dari Pakistan untuk mengembangkan rudal nuklir. Foto satelit memperlihatkan sebuah kota bawah tanah dan silo nuklir dengan roket Gauri di ibu kota Riyadh.Pakistan kemudian menyangkal telah membantu Arab Saudi dalam ambisi nuklirnya
Negara-negara yang pernah memiliki senjata nuklir
Afrika Selatan – Afrika Selatan membuat 6 senjata nuklir pada 1980-an, tetapi kemudian melucutinya pada awal 1990-an sehingga menjadi satu-satunya negara yang diketahui tidak melanjutkan program senjata nuklirnya setelah mengembangkannya sendiri. Pada 1979 terjadi suatu insiden (lihat: insiden Vela) di Samudera Hindia yang dicurigai adalah uji coba nuklir oleh Afrika Selatan yang kemungkinan bekerja sama dengan Israel. Hal ini tidak pernah dikonfirmasikan. Afrika Selatan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1991
Bekas negara Uni Soviet
- Belarus – Belarus memiliki 81 hulu ledak yang berada di wilayahnya setelah Uni Soviet runtuh pada 1991. Kesemuanya itu kemudian dipindahkan ke Rusia pada 1996. Belarusia menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
- Kazakhstan – Kazakhstan mewarisi 1.400 senjata nuklir dari Uni Soviet, dan memindahkan ke semuanya itu ke Rusia pada 1995. Kazakhstan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
- Ukraina – Ukraina menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Ukraina mewarisi 5.000 senjata nuklir ketika merdeka dari Uni Soviet pada 1991, menjadikannya sebagai negara pemilik senjata nuklir terbanyak ketiga di dunia.Pada 1996, Ukraina secara sukarela melucuti semua senjata nuklirnya untuk dikembalikan ke Rusia
Negara-negara yang pernah memiliki program nuklir
Berikut adalah negara-negara yang pernah memiliki program senjata nuklir dengan berbagai tingkat kesuksesan. Negara-negara tersebut sekarang ini tidak lagi mengembangkan atau memiliki program nuklir. Semua negara yang ada di bawah ini telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
-
- Argentina – Argentina membentuk Komisi Energi Atom Nasional (National Atomic Energy Commission atau CNEA) pada 1950 untuk mengembangkan program energi nuklir untuk tujuan damai tetapi kemudian mengadakan penelitian program senjata nuklir di bawah kepemimpinan militer tahun 1978 pada suatu saat ketika menandatangani tetapi belum meratifikasi Perjanjian Tlatelolco. Program ini kemudian ditinggalkan setelah proses demokrasi pada 1983. Beberapa laporan tidak resmi dan intelijen AS kemudian melaporkan bahwa Argentina meneruskan beberapa jenis program senjata nuklir pada 1980-an (salah satunya adalah uji coba membuat sebuah kapal selam nuklir), terutama dikarenakan rivalitas dengan Brasil, tetapi akhirnya program tersebut dibatalkan. Pada awal 1990-an, Argentina dan Brasil membentuk sebuah badan inspeksi bilateral bertujuan untuk melakukan verifikasi kegiatan kedua negara dalam penggunaan energi nuklir dengan tujuan damai. Argentina menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 10 Februari 1995.
- Australia – Setelah Perang Dunia II, kebijakan pertahanan Australia membentuk kerjasama pengembangan senjata nuklir dengan Britania Raya. Australia menyediakan uranium, wilayah untuk uji coba senjata dan roket, serta ilmuwan. Canberra juga secara aktif terlibat dalam program peluru kendali Blue Streak. Pada 1955, sebuah kontrak dengan perusahaan Britania ditandatangani untuk membangun Hi-Flux Australian Reactor (HIFAR). HIFAR dianggap sebagai langkah pertama dari rencana untuk membangun reaktor yang lebih besar yang berkemampuan untuk memproduksi plutonium yang lebih banyak bagi kebutuhan senjata nuklir. Ambisi nuklir Australia akhirnya ditinggalkan pada 1960-an. Australia kemudian menandatangani NPT pada 1970 dan meratifikasinya pada 1973.
- Brasil – Rezim militer Brazil membentuk program penelitian senjata nuklir (dengan kode “Solimões”) pada tahun 1978, walaupun telah meratifikasi Perjanjian Tlatelolco pada 1968. Program tersebut kemudian ditinggalkan ketika sebuah pemerintahan terpilih berkuasa pada 1985.Pada 13 Juli 1998 Presiden Fernando Henrique Cardoso menandatangani dan meratifikasi Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan Traktat Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif, mengakhiri ambisi senjata nuklir Brasil.
- Mesir – Mesir pernah memiliki program senjata nuklir antara 1954 dan 1967. Mesir menandatangani NPT.
- Jerman – Selama Perang Dunia II, Jerman di bawah kekuasaan Nazi, mengadakan penelitian untuk pengembangan senjata nuklir, akan tetapi tidak didukung sejumlah sumber daya, program tersebut akhirnya ditemukan masih jauh dari keberhasilan ketika Perang Dunia II selesai. Fasilitas penelitiannya juga disabotase oleh mata-mata Britania dan Norwegia sehingga menghambat penelitian Jerman. (lihat Sabotase air berat Norwegia). Sejarawan Rainer Karlsch, dalam bukunya tahun 2005 yang berjudul Hitlers Bombe, menceritakan bahwa Nazi telah mengadakan sebuah uji coba bom atom di Thuringia dalam tahun terakhir perang yang kemungkinan adalah berupa senjata radiologi dan bukan sebuah senjata fisi. (Baca pula: Proyek energi nuklir Jerman).
- Irak – Irak telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Mereka memiliki sebuah program riset senjata nuklir pada 1970-an sampai 1980-an. Pada 1981, Israel menghancurkan reaktor nuklir Irak Osiraq. Tahun 1996, Hans Blix melaporkan bahwa Irak telah melucuti atau menghancurkan semua kemampuan nuklir mereka. Tahun 2003, sebuah koalisi multinasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat menginvasi Irak berdasarkan laporan intelijen yang melaporkan bahwa Irak memiliki senjata yang dilarang oleh Dewan Keamanan PBB. Karena Irak menolak untuk bekerja sama dengan inspeksi PBB, Irak dicurigai oleh banyak anggota Dewan Keamanan PBB memiliki program nuklir. Akan tetapi, tahun 2004, Laporan Duelfer menyimpulkan bahwa program nuklir Irak telah ditutup pada 1991.
- Kerajaan Jepang – Jepang pernah mengadakan penelitian senjata nuklir selama Perang Dunia II walaupun tidak kurang banyak mengalami kemajuan. (lihat program senjata nuklir Jepang). Jepang menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Belum ada bukti yang mengindikasikan Jepang mengembangkan program senjata nuklir walaupun secara kemampuan teknologi, Jepang dianggap mampu mengembangkan senjata nuklir dalam waktu singkat. Konstitusi Jepang melarang pembuatan senjata nuklir selain itu Jepang telah aktif mempromosikan perjanjian nonproliferasi nuklir. Beberapa kecurigaan muncul bahwa senjata nuklir mungkin berada dalam pangkalan Amerika Serikat yang berada di Jepang.
- Libya – menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pada 19 Desember 2003, setelah invasi ke Irak yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan pencegahan pengiriman suku cadang yang dirancang Pakistan yang dikirim dari Malaysia (bagian dari jaringan proliferasi A. Q. Khan, Libya mengakui memiliki sebuah program senjata nuklir dan secara sekaligus juga mengumumkan maksud mereka untuk mengakhirinya serta melucuti semua senjata pemusnah massal untuk diverifikasi oleh tim inspeksi tanpa syarat.
- Polandia – Riset nuklir di Polandia dimulai pada awal 1960-an, ketika tercapainya reaksi fisi nuklir terkontrol pertama pada akhir 1960-an. Pada 1980-an, riset difokuskan pada pengembangan reaksi mikro-nuklir di bawah kontrol militer. Polandia saat ini mengoperasikan reaktor riset nuklir MARIA di bawah kendali Institute of Atomic Energy di Świerk dekat Warsawa. Polandia telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan secara resmi mengumumkan tidak memiliki senjata nuklir.
- Rumania – menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1970. Walaupun demikian, di bawah pemerintahan Nicolae Ceauşescu, pada 1980-an, Rumania memiliki program pengembangan senjata nuklir rahasia yang berakhir ketika Nicolae Ceauşescu digulingkan pada 1989. Sekarang ini Rumania mengoperasikan sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua buah reaktor yang dibangun dengan bantuan Kanada. Rumania juga memiliki fasilitas penambangan dan pengayaan uraniumnya sendiri untuk pembangkit listrik dan sebuah program riset.
- Korea Selatan – memulai program senjata nuklirnya pada awal 1970-an, yang diperkirakan ditinggalkan ketika Korea Selatan menandatangani NPT pada 1975. Akan tetapi banyak laporan yang mengatakan program tersebut kemudian dilanjutkan oleh militer.In late 2004, the South Korean government disclosed to the IAEA that scientists in South Korea had extracted plutonium in 1982 and enriched uranium to near-weapons grade in 2000. (see South Korean nuclear research programs)
- Swedia – Swedia secara serius mempelajari pengembangan senjata nuklir antara 1950-an dan 1960-an. Swedia diperkirakan memiliki pengetahuan yang cukup yang memungkinkan negara itu untuk membuat senjata nuklir. Sebuah fasilitas penelitian senjata dibangun di Studsvik. Saab pernah membuat rencana untuk sebuah pesawat pengebom nuklir berkecepatan supersonik yang berkode A36. Swedia kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan program senjata nuklirnya dan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
- Swiss – Swiss pernah memiliki sebuah program nuklir rahasia antara 1946 dan 1969. Swiss kemudian memiliki proposal teknis mendetail, senjata-senjata tertentu dan perkiraan biaya untuk persenjataan nuklir Swiss pada 1963. Program ini kemudian ditinggalkan dikarenakan masalah finansial dan ditandatanganinya NPT pada 27 November 1969.
- Taiwan – memiliki sebuah program penelitian rahasia dari tahun 1964 sampai 1988 ketika mendapat tekanan dari Amerika Serikat. Taiwan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1968.TEMPAT BERMAIN SLOT YANG ASIK : PANGLIMA79